Waspada Gagal Jantung Pasca Melahirkan – Kehamilan dan persalinan bisa menimbulkan risiko kesehatan besar. Termasuk bagi perempuan yang tak punya masalah kesehatan sebelumnya. Berdasarkan penelitian, kira-kira 40 persen ibu hamil mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan 15 persen dari ibu hamil menderita komplikasi jangka panjang atau yang mengancam jiwa.
Gagal jantung umumnya dialami oleh ibu hamil disebabkan kerja jantung lebih berat dari sebelumnya karena harus memompa dan menyuplai darah ke janin. Ancaman ini pun tak selesai ketika bayi sudah lahir, Gagal Jantung Pasca Melahirkan juga menjadi ancaman serius yang perlu diperhatikan . Di masa nifas dan paling tidak hingga lima bulan ke depan, masalah bisa muncul.
Namun sehabis melahirkan pun, gagal jantung bisa terjadi kendati sebelum dan selama hamil tak ada keluhan sedikit pun pada jantung. Keluhan sesak napas justru terjadi setelah persalinan, di saat jantung tak lagi menanggung beban besar. Ini membedakannya dengan ibu hamil yang memang memiliki dasar penyakit jantung, baik karena penyakit jantung rematik atau bawaan. Biasanya, gejala payah jantung justru terjadi pada usia kehamilan trimester ke dua, saat jantung menghadapi beban kerja yang paling berat, yaitu harus memompa volume darah yang lebih besar 50 persen dari biasanya.
Gara-Gara Virus
Dulu kasus gagal jantung atau Peripartum Cardiomyopati (PPCM), tak diketahui penyebabnya. Namun saat ini penyebabnya sudah mulai diketahui. Paling sering karena infeksi virus, seperti CMV, toksoplasma, rubella, dan lainnya. Prosesnya, virus masuk ke jantung melalui pembuluh darah, bersarang di jantung, dan merusak sel otot jantung. Selanjutnya, timbul peradangan pada otot jantung sehingga fungsi otot jantung rusak. Akibatnya, fungsi pompa menurun dan timbul gagal jantung atau payah jantung.
Diduga pula terdapat sel-sel janin yang “lari” ke sirkulasi ibu dan “ngendon” di otot jantung. Tubuh sang ibu tak sanggup menolak “sel-sel asing” ini karena respon imunitas ibu yang sedang melemah. Selesai bersalin, respon imunitas ibu pulih kembali.Ini menimbulkan respon autoimun patologis. Tujuannya menyingkirkan “sel-sel asing” tadi, tapi ternyata jadi bumerang karena yang jadi korban justru otot jantung ibu sendiri.
Jangka waktu proses timbulnya gagal jantung bervariasi. Tapi bila gejalanya muncul dalam waktu empat minggu setelah melahirkan, bisa dikatakan gagal jantung pasca melahirkan. Gejalanya juga macam-macam, tergantung tingkat keparahannya. Yang ringan, gejalanya hanya sesak napas atau jantung berdebar. Tingkat sedang, ditandai dengan cepat lelah atau napas memburu bila beraktivitas. Sementara pada tingkat berat, gejalanya bisa berupa napas berat disertai ngos-ngosan meski tak melakukan aktivitas apa pun.
Datang & Hilang Sendiri
Penanganannya sama dengan penyakit jantung pada umumnya. Antara lain, pemberian obat-obatan untuk meringankan beban jantung, menjaga asupan makanan, menghindari pekerjaan berat, juga menghindari stres. Sebagian besar keluhan sebenarnya bisa diatasi bila ibu sigap mengantisipasinya. Bila ada gejala sesak napas atau berdebar yang tidak biasa, misalnya,segera periksakan diri ke dokter. Sedapat mungkin, saat keluhan masih ringan agar penyakitnya bisa diatasi. Fungsi jantung bisa dikembalikan normal, meski tak senormal sebelumnya. Pasien pun mampu melakukan aktivitas agak berat seperti sebelumnya tanpa perlu dioperasi.
Biasanya,diperlukan juga pemeriksaan ekokardiografi (EKG) untuk membuktikan penurunan kontraktilitas bilik kiri jantung yang merupakan pompa utama jantung,sekaligus untuk mengetahui struktur jantung keseluruhan. Termasuk katup-katup jantung.Lewat EKG, bisa diketahui pula gumpalan darah yang mengendap (trombus) pada dasar bilik jantung yang membesar. Trombus inilah biang keladi komplikasi stroke pada penderita gagal jantung.
Dengan pengobatan, meski hanya menggunakan obat-obatan jantung konvensional, jantung yang sebelumnya telah membesar, bisa kembali normal, termasuk fungsi pompanya. Tapi bila hingga 6 bulan masih terdapat penurunan fungsi pompa jantung, angka kematian dapat mencapai 85 persen dalam 5 tahun. Hanya transplantasi jantung yang dapat menolong penderita. Dengan kata lain, amat tergantung pada normalisasi fungsi dan ukuran bilik kiri dalam waktu 6 bulan setelah persalinan. Separuh dari penderita dapat kembali normal. Penyakit yang “ujug-ujug” datang tanpa diketahui penyebabnya, kemudian “ujug-ujug” pergi begitu saja setelah persalinan berselang 6 bulan.
Bisa Menyerang Siapapun
Yang jelas, tak semua ibu melahirkan bakal menderita gagal jantung. Tergantung dari daya tahan tubuh, reaksi antibodi, dan lainnya.Namun mereka yang rentan akan gagal jantung, kemungkinannya lebih besar. Ada juga yang tiba-tiba kena meski bukan termasuk golongan yang rentan. Dari segi medis, masih belum diketahui benar, kenapa si A punya payah jantung, sedangkan si B tidak.
Mereka yang memiliki riwayat gagal jantung (PPCM), baik yang telah normal maupun belum, ditekankan agar tak hamil lagi karena bisa menyebabkan kematian. Kalau bersikeras hamil, akan dicek dan dipantau dulu. Jika memang tingkatnya amat parah, sama sekali tidak dianjurkan hamil lagi.
Sementara mereka yang berisiko tinggi Gagal Jantung Pasca Melahirkan adalah wanita di atas 30 tahun, kehamilan kembar, riwayat preeklampsia/eklampsia, mengonsumsi alkohol saat hamil, faktor lingkungan, serta genetik.