Indonesia Resmi Bergabung dengan BRICS, kelompok ekonomi yang kini terdiri dari 11 negara: Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Indonesia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir. Keanggotaan ini diharapkan membuka peluang kerja sama ekonomi dan politik yang lebih luas. Namun, dinamika global menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan.
Indonesia Resmi Bergabung dengan BRIC
Keanggotaan ini mencerminkan posisi strategis Indonesia dalam dinamika ekonomi global, sekaligus membuka peluang untuk terlibat lebih dalam dalam pembentukan kebijakan internasional yang berdampak luas. BRICS memiliki sejumlah agenda penting, di antaranya memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan, mendukung pembangunan infrastruktur melalui New Development Bank (NDB), serta mendorong transisi energi bersih di antara negara anggota. Selain itu, BRICS juga fokus pada penguatan kedaulatan digital, kolaborasi dalam bidang penelitian dan teknologi, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di negara-negara berkembang.
Dedolarisasi sebagai Agenda Utama
BRICS memiliki agenda penting, salah satunya adalah dedolarisasi, yaitu mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional. Langkah ini juga selaras dengan kebijakan Indonesia yang telah menjalankan skema Local Currency Settlement (LCS). Melalui LCS, transaksi perdagangan dengan negara mitra dapat dilakukan langsung menggunakan mata uang lokal, seperti rupiah dengan yuan, tanpa melalui dolar AS.
Meskipun agenda dedolarisasi mulai mendapat perhatian, dominasi dolar AS di pasar global masih kuat. Keanggotaan Indonesia di BRICS diharapkan dapat mempercepat penerapan kebijakan ini, meskipun perubahan signifikan diperkirakan membutuhkan waktu.
Ancaman dari Amerika Serikat
Dedolarisasi mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat. Presiden AS terpilih mengancam akan menerapkan tarif impor hingga 100% terhadap produk-produk dari negara BRICS jika mereka menciptakan mata uang baru atau melemahkan dolar AS. Ancaman ini dikhawatirkan dapat memengaruhi stabilitas perdagangan global, termasuk ekspor Indonesia ke pasar AS.
Namun, upaya menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan dianggap sebagai hak setiap negara. Indonesia sendiri telah membangun sistem perdagangan dengan mata uang lokal bersama beberapa negara tanpa mengalami hambatan signifikan.
Peluang Kerja Sama Baru
Keanggotaan BRICS membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas kerja sama dengan negara anggota lainnya. Hubungan dengan Brasil dapat diperkuat dalam pengembangan ekonomi restoratif, sementara Afrika Selatan dapat menjadi mitra strategis dalam transisi energi bersih. Selain itu, kerja sama dengan negara-negara Timur Tengah, yang juga anggota baru BRICS, memberikan peluang tambahan di berbagai sektor ekonomi.
Namun, Indonesia perlu memastikan bahwa keanggotaan ini tidak hanya berfokus pada salah satu negara dominan, seperti China. Ketergantungan berlebihan terhadap satu negara, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global, dapat menjadi risiko bagi stabilitas ekonomi domestik.
Strategi untuk Memaksimalkan Keanggotaan BRICS
Untuk mengoptimalkan manfaat dari BRICS, Indonesia perlu mendiversifikasi mitra dagang dan kerja sama ekonomi. Kerja sama strategis di sektor investasi, infrastruktur, dan teknologi dapat menjadi prioritas. Selain itu, pengembangan pasar modal yang ramah lingkungan atau green investment perlu didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Indonesia juga diharapkan dapat memainkan peran aktif dalam mendorong kerja sama multilateral yang menguntungkan seluruh anggota BRICS. Fokus pada investasi yang memperkuat kemandirian ekonomi, seperti proyek infrastruktur strategis, dapat meningkatkan daya saing di tingkat global.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meskipun BRICS menawarkan banyak peluang, tantangan ekonomi global tetap menjadi perhatian. Ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat, serta kebijakan proteksionisme yang semakin menguat, dapat memengaruhi perekonomian negara anggota, termasuk Indonesia.
Selain itu, risiko ketergantungan terhadap negara anggota dengan ekonomi dominan, seperti China, perlu diantisipasi. Indonesia harus memastikan bahwa kerja sama dalam BRICS tidak menghambat upaya diversifikasi mitra ekonomi untuk mengurangi risiko dari ketidakpastian global.
Kesimpulan
Keanggotaan Indonesia di BRICS membawa peluang besar untuk memperkuat posisi dalam perekonomian global. Dengan jumlah anggota yang kini mencapai 11 negara, kerja sama dalam forum ini diharapkan dapat membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Namun, untuk memaksimalkan manfaat, Indonesia perlu mengelola tantangan dengan bijak. Diversifikasi mitra kerja sama, penguatan investasi strategis, dan peran aktif dalam kerja sama multilateral akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk memanfaatkan keanggotaan BRICS secara optimal. Dengan pendekatan yang tepat, langkah ini dapat menjadi pijakan penting bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.